seminar kali ini tidak lagi di adakan di kampus STMIK ASIA Malang, melainkan di Hotel Kartika Graha dan di hadiri oleh 3 orang pemateri sekaligus
1. Eric Yosua, S.E.
2. M. Arief Budiman
3. Tanadi Santoso
Foto Pemateri dan Moderator(Paling Kiri) |
Ketika Eric Yosua lahir, ayah Ia hanyalah seorang
karyawan biasa. Dengan uang
seadanya ayahnya mencoba membuka toko jam tangan kecil-kecilan. Sejak
kecil Eric Yosua telah mengenal wirausaha dan menjaga toko bersama ayah dan
ibu nya. Namun saat Ia SMP, ketatnya persaingan yang ditambah dengan
maraknya barang China masuk ke Indonesia membuat ayah Eric salah dalam
mengambil keputusan usaha. Usaha keluarga kami pun hancur dan
mengalami kesulitan ekonomi.
Saat SMA, pada 2005 Ia membuat usaha Event Organizer yang diberi nama Concept Entertainment dengan modal NOL Rupiah. Ia berhasil menyelenggarakan event regional Jawa Timur dengan Matahari Department Store sebagai klien pertamanya. Selain itu, Ia juga berhasil menjadi juara 2 Lomba Simulasi Bisnis Nasional yang diselenggarakan oleh Prestasi Junior Indonesia dan didukung Harvard University.
Saat Eric Yosua kuliah, Ia bersyukur dapat mengenyam pendidikan entrepreneurship di Universitas Ciputra. Dengan mendapatkan beasiswa dari Universitas Ciputra di Fakultas Ekonomi jurusan Tourism and Hotel Management. Di Universitas terebut Ia banyak belajar tentang entrepreneurship yang langsung Ia terapkan pada beberapa usahanya sehingga Ia tidak hanya mengerti teori, namun langsung praktek.
Di tahun 2008, saat berkuliah, Ia telah menjadi Direktur Pemasaran Terasi Tuban Mama Tjin dan mampu meningkatkan penjualan hingga 400% dari total penjualan sebelumnya. Dan Ia bisa mendapatkan saham perusahaan ini sebesar 50% tanpa modal uang.
"Tidak ada yang tidak mungkin selama kita MAU BERUSAHA. Pengetahuan bisa di gali, keahliah bsia di asah Entrepreneur datang dengan SATU TEKAD, Penakut pulang dengan SERIBU ALASAN” - Ong Eric Yosua.
Eric Yosua, S.E. |
Apa yang ada di benak anda ketika mendengar nama petakumpet. Mungkin sebuah permainan dimana kita bersembunyi. Tapi petakumpet yang satu ini bukan seperti itu, melainkan sebuah perusahaan besar yang berawal dari kos-kosan.
Pada 1 Mei 1995, 25 orang mahasiswa yang berasal dari komunitas Visual FSR ISI Yogyakarta angakatan 1994 menggunakan sebuah rumah kos-kosan di Pakuncen Yogyakarta menjadi sebuah studio kecil sebagai tempat membuat karya. Nama petakumpet sendiri diambil karena kos-koran tersebut yang letaknya seolah tersembunyi di suatu gang.
Petakumpet melayani jasa pembuatan pamflet, spanduk, dan lain-lain. Awalnya cukup berjalan dengan lancar, bahkan omsetnya saat itu sekitar 3-7 juta/bulannya. Tapi masalah mulai muncul ketika masa kuliah akan berakhir. Satu persatu dari 25 orang itu mulai mengundurkan diri karena berbagai alasan seperti memilih bekerja di perusahaan yang lebih mapan, pulang kampung, dan alasan lainnya. Namun M. Arief Budiman tetap bertahan dan yakin petakumpet bisa berkembang. Begitupun sahabatnya, Radetyo Sindhu Utomo.
Arief Budiman |